Ushlub al-Hakim adalah melontarkan pembicaraan kepada mukhatab
pembicaraan yang tidak diinginkan, baik dengan cara meninggalkan
pertanyaannya atau memberi jawaban yang tidak ditanyakan, atau dengan
membelokkan pembicaraan kepada masalah yang tidak ia maksudkan. Hal ini sebagai
pertanda bahwa selayaknya mukhatab itu menanyakan atau membicarakan masalah
yang mrnjadi jawaban tersebut. Pada dasarnya
jawaban itu harus sesuai dengan pertanyaan. Namun ia terkadang menyimpang dari
apa yang dikehendaki pertanyaan. Hal ini untuk mengingatkan bahwa jawaban
itulah yang seharusnya ditanyakan. Jawaban seperti ini disebut Uslubu Al-Hakim.Hifni Bik Nashif mengemukakan definisi uslub Hakim den Mukhatab
mendapatkan jawaban sesuatu yang tidak diharapkan, atau penannya mendapatkan
jawaban tentang sesuatu yang tidak diminta. Dengan harapan, sesuatu yang
diberikan kepada penannya itu seharusnya yang ditanyakan’.
Contoh أسلوب الحكيم
Al-Qur’an Surah Al-Baqarah Ayat 189
Contoh أسلوب الحكيم
Al-Qur’an Surah Al-Baqarah Ayat 189
Terjemahnya
“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”
Pada penjelasan ayat diatas yaitu sahabat ada yang bertanya kepada Rasul saw mengenai bulan sabit, “mengapa bulan itu asalanya kecil, kemudian sedikit demi sedikit membesar dan kemudian menjadi besar?”. Pertanyaan ini dinilai oleh rasul sebagai pertanyaan yang berat atau sulit, karenanya tidak mudah pada masa itu dijawab dengan jawaban yang sebenarnya. Jawaban yang sebenarnya tentu akan membutuhkan ilmu falak atau ilmu hisab, dan menurut nabi belum saatnya disampaikan kepada para sahabat. Rasul saw kemudian memberi jawaban yang lain, yang sebenarnya tidak ditanyakan oleh sahabat yaitu مَوَاقِيْتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ (sebagai tanda waktu bagi manusia, serta ibadah haji). Menurut rasul jawan itulah yang mestinya ditanyakan oleh sahabaat pada waktu itu.
“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”
Pada penjelasan ayat diatas yaitu sahabat ada yang bertanya kepada Rasul saw mengenai bulan sabit, “mengapa bulan itu asalanya kecil, kemudian sedikit demi sedikit membesar dan kemudian menjadi besar?”. Pertanyaan ini dinilai oleh rasul sebagai pertanyaan yang berat atau sulit, karenanya tidak mudah pada masa itu dijawab dengan jawaban yang sebenarnya. Jawaban yang sebenarnya tentu akan membutuhkan ilmu falak atau ilmu hisab, dan menurut nabi belum saatnya disampaikan kepada para sahabat. Rasul saw kemudian memberi jawaban yang lain, yang sebenarnya tidak ditanyakan oleh sahabat yaitu مَوَاقِيْتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ (sebagai tanda waktu bagi manusia, serta ibadah haji). Menurut rasul jawan itulah yang mestinya ditanyakan oleh sahabaat pada waktu itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar