SEJARAH PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

1.      Sejarah Pembelajaran Bahasa Arab
Hampir semua orang mengenal pusat-pusat pengembangan pengetahuan semacam Universitas Al-Azhar di Kairo, Universitas Zaitunah dan Universitas Qurawain yang menjadi tempat pengemblengan genari muda dari seluruh dunia. Di Universitas- Universitas tersebut mereka mempelajari bahasa Arab dan ilmu-ilmu keagamaan serta kebudayaan Islam.Metode yang dikembangkan, sebagaimana sinyalemen Abdul Aziz Shalih, masih tradisional yang bergantung pada pengajaran kaidah-kaidah gramatika.
Pada permulaan abad ini berpindahlah pusat-pusat pengajaran bahasa Arab dari kota-kota besar ke negara Arab ke kota-kota Eropa. Para penjajah menyatakan bahwa pengalihan ini dimaksudkan agar :
a.       Hubungan budaya dikalangan kaum muslimin tak terjalin
b.      Bahasa dapat diajarkan dengan suatu metode yang dikenal dengan metode terjemahan dengan jalan menghafalkan kosa kata kemudian dilatihkan untuk memberi kemampuan penerjemahan.
c.       Menarik generasi mudah muslim ke pusat-pusat studi mereka kemudian secara diam-diam menabur racunn dibenak mereka sehingga bila mereka kembali ke negara mereka masing-masing dapat menunjukkan ketakjuban terhadap tempat mereka belajar beserta kebudayaannya.
Sekitar tahun 1952, pusat-pusat pengajaran bahasa Arab dinegara-negara Arab mulai marak kembali. Di Sudan, muncul Akademi Internasional Khurtum yang mengajarkan bahasa Arab dengan pendekatan ilmiah yang modern.
Dimesir sendiri, Universitas Al-Azhar selalu menerima perutusan generasi muda muslim dari segalah penjuru dunia. DiSaudi Arabia, muncul juga akademi-akademi pengajaran bahasa Arab seperti  Universitas Raja Saud, Universitas Ummul Qura dan akhir-akhir ini Universitas Medinah. Saudi sendiri tidak hanya mendirikan lembaga pengajaran bahasa Arab di Saudi saja bahkan didirikan juga diluar negeri semacam Indonesia pada tahun 1980. Di Jepang juga terdapat lembaga pengajaran bahasa Arab yang diprakarsai oleh pihak Saudi. Di Seoul, Korea Selatan, beberapa organisasi studi Islam mulai menggalakan pengajaran bahasa Arab baik setiap orientalis maupun kaum muslim yang ada disana.
2.      Sejarah Pembelajaran Bahasa Arab Di Barat
Sejarah mencatat bahwa bahasa Arab mulai menyebar keluar jazirah Arabia sejak abad ke-1H atau pada abad ke-7 M, mengikuti kemanapun gerakkan penyebaran Islam. Penyebaran itu meliputi wilayah Byzantium diutara, wilayah Persia di timur, dan wilayah Afrika sampai Andalusia dibarat. Hingga pada masa khilafah Islamiyah, bahasa Arab menjadi bahasa bahasa yang resmi yang dipergunakan untuk sosialisasi agama, budaya, administrasi dan ilmu pengetahuan. Posisi strategi yang dimiliki bahasa Arab ini mengungguli semua bahasa yang pernah ada sebelumnya : bahasa-bahasa  Yunani, Persia, Koptik dan Syria.
Bahasa Arab dapat tersosialisasi dengan baik ditengah masyarakat non Arab kurang memadai, namun yang pasti, melalui analisis sejarah dapat diketahui, bahwa adanya intereksi yang intens antara bangsa Arab dan Eropa dalam mewarisi ilmu pengetahuan Yunani Kuno, melalui penerjemahan dari Yunani ke Arab, kemudian dari arab kelatin, sehingga dalam mengkaji teks-teks sastra dan keagamaan memungkinkan terjadinya kesamaan tujuan belajar mengajar antara kedua bahasa tersebut.
Ketika masa kejayaan Islam semakin meredup pada akhir abad ke 18, sementara Eropa justru mengalami renaisans (kelahiran kembali atau pencerahan), mata angin pembelajaran bahasa Arab pun mulai berganti arah. Kemajuan yang terjadi di Eropa mengiringi dunia Arab dan Islam untuk berbalik mencari tetesan ilmu pengetahuan yang pada awalnya berasal dari kemajuan peradaban mereka sendiri. Disinilah teori dialektika sejarah Hegel terjadi. Peradaban barat maju karena kemajuan peradaban Islam masa lalu, dan masa kebangkitan Islam dan Arab kemudian dipengaruhi oleh kemajuan peradaban Barat. Melalui invansi Napoleon Bonaparte ke Mesir pada tahun 1789 M., mata dunia Arab dan Islam yang mulai meredup itu kembali terbuka lagi untuk melihat dan meledani berbagai kemajuan yang terjadi di Eropa
Sejak saat itu pula, Mesir banyak menimba ilmu serta mengadakan hubugan diplomatik kebudayaan dengan Eropa, khususnya Prancis. Dalam pengajaran bahasa, metode-metode yang berkembang di Eropa pun diadopsi dan digunakan secara luas di Mesir, mulai dari metode gramatika tarjamah,sampai dengan metode metode langsung. Pengajaran bahasa Arab semakin berkembang dan mendapatkan momentumnya manakala terjadi invansi para missionaris Kristen dari Amerika menyerbu negeri Arab bagian Utara (Syam). Karena dalam penyebaran misi awalnnya, mereka menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa yang resmi, maka berkembang pulalah metodologi pengajaran bahasa Arab. Sehingga lahirlah beberapa buku yang berkaitan dengan ilmu bahasa Arab termasuk kamus-kamus berbahasa Arab. Al-Munjid, adalah salah satu bukti sejarah dimana seorang Nasrani seperti Louis Ma’luf terlibat secara langsung dalam pengembangan bahasa Arab. Dari penjelasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa perkembangan metodologi pengajaran bahasa-bahasa latin di Eropa,dan bahasa Inggris di Eropa dan Amerika banyak berjasa dalam memajukkan perkembangan metodologi pengajaran bahasa Arab.
Orang barat sering membagi bahasa Arab itu sendiri menjadi bahasa Arab Klasik, bahasa Arab standar modern, dan bahasa Arab percakapan. Dalam kenyataannya, bahasa Arab modernlah (Modern Standard Arabic) disingkat MSA yang banyak digunakan dengan sedikit penyimbangan dalam kosa kata akibat sistem fonologi bahas Arab percakapan. Di, Inggris ada kecendurungan lain yang muncul istilah TAFL (Teaching Arabic as a Foreign Language) mulai digalakkan.Memang ada suatu hal yang menarik disimak dalam kaitannya dengan usaha mengefisienkan dan mengefektifkan bidang pengajaran bahasa Arab.
Bahasa Arab dikenal sebagai bahasa yang sulit. “Bahasa Arab memberikan sejumlah tantangan bagi mereka yang menggunakan bahasa Inggris,” kata Dr. Omran.Tantangan itu misalnya dari cara membacanya dari kanan ke kiri, bunyi hurufnya yang masih terasa asing bagi pemakai bahasa Inggris dan tata bahasanya yang agak pelik.Dr Omran sudah lebih dari 20 tahun mengajar bahasa Arab bagi mahasiswa Amerika. Ia mengatakan, dengan sedikit kerja keras dan komitmen, setiap orang bisa cepat menguasai bahasa Arab dan lancar bicara dengan menggunakan bahasa itu.
Namun menurut Dr. Michael Cooperson yang sudah mengajar bahasa Arab di sejumlah universitas bergengsi di AS seperti Harvard dan UCLA, tingkat kesulitan belajar bahasa Arab tergantung pada bahasa yang sering dipakai oleh mahasiswa bersangkutan. “Jika bahasa yang selalu digunakan berdialek sama dengan bahasa Arab, ini menguntungkan. Termasuk jika sebelumnya ada sudah biasa bicara dengan bahasa Hebrew atau bahasa Semit lainnya,” kata Dr Cooperson.
3.      Sejarah Pembelajaran Bahasa Arab Di Indonesia
Sejauh ini belum ada hasil penelitian yang memastikan sejak kapan studi bahasa Arab di Indonesia mulai dirintis dan dikembangkan. Asumsi yang selama ini berkembang adalah bahwa bahasa Arab sudah mulai dikenal oleh bangsa Indonesia sejak Islam dikenal dan dianut oleh mayoritas bangsa kita. Jika Islam secara meluas telah dianut oleh masyarakat kita pada abad ke-13, maka usia pendidikan bahasa Arab dipastikan sudah lebih dari 7 abad. Karena perjumpaan umat Islam Indonesia dengan bahasa Arab itu paralel dengan perjumpaannya dengan Islam. Dengan demikian, bahasa Arab di Indonesia jauh lebih “tua dan senior” dibandingkan dengan bahasa asing lainnya, seperti: Belanda, Inggris, Portugal, Mandarin, dan Jepang.
Bahasa Arab masuk kewilayah nusantara dapat dipastikan bersamaan dengan masuknya agama Islam, karena bahasa Arab sangat erat kaitannya dengan berbagai bentuk peribadatan dalam agama Islam disamping kedudukannya sebagai bahasa kitab suci Al-Qur’an. Maka pengajaran bahasa Arab yang pertama dinusantara adalah untuk memenuhi kebutuhan seorang muslim dalam menunaikan ibadah khususnya Shalat. Sesuai dengan kebutuhan tersebut, materi yang diajarkan adalah doa-doa salat dan surat-surat pendek Al-Qur’an yaitu juz yang terakhir yang lazim disebut juz’ Amma, atau dikenal dengan sebutan Turutan. Didalam turutan ini termuat pula materi pelajaran memabaca huruf Al-Qur’an dengan metode abjadiyah. Akan tetapi pengajaran bahasa Arab verbalistik ini dirasa tidak cukup, karena Al-Qur’an tidak hanya dibaca sebagai sarana peribadatan, melainkan pedoman hidup yang harus dipahami maknanya dan diamalkan ajaran-ajarannya. Demikian pula doa-doa atau bacaan-bacaan dalam shalat perlu dipahami dan dihayati maknanya agar shalat benar-benar berfungsi sebagai media komunikasi dengan sang pencipta. Maka muncullah pengajaran bahasa Arab untuk kedua dengan tujuan pendalaman ajaran agama Islam, yang tumbuh dan berkembang dipondok pesantren.
Pendidikan bahasa Arab di Indonesia sudah diajarkan mulai dari TK (sebagian) hingga perguruan tinggi. Berbagai potret penyelenggaraan pendidikan bahasa Arab di lembaga-lembaga pendidikan Islam setidaknya menunjukkan adanya upaya serius untuk memajukan sistem dan mutunya. Secara teoritis, paling tidak ada empat orientasi pendidikan bahasa Arab sebagai berikut:
ü  Orientasi Religius, yaitu belajar bahasa Arab untuk tujuan memahami dan memahamkan ajaran Islam (fahm al-maqrû’). Orientasi ini dapat berupa belajar keterampilan pasif (mendengar dan membaca), dan dapat pula mempelajari keterampilan aktif (berbicara dan menulis).
ü  Orientasi Akademik, yaitu belajar bahasa Arab untuk tujuan memahami ilmu-ilmu dan keterampilan berbahasa Arab (istimâ’, kalâm, qirâ’ah, dan kitâbah). Orientasi ini cenderung menempatkan bahasa Arab sebagai disiplin ilmu atau obyek studi yang harus dikuasai secara akademik. Orientasi ini biasanya identik dengan studi bahasa Arab di Jurusan Pendidikan bahasa Arab, Bahasa dan Sastra Arab, atau pada program Pascasarjana dan lembaga ilmiah lainnya.
ü  Orientasi Profesional/Praktis dan Pragmatis, yaitu belajar bahasa Arab untuk kepentingan profesi, praktis atau pragmatis, seperti mampu berkomunikasi lisan (muhâdatsah) dalam bahasa Arab untuk bisa menjadi TKI, diplomat, turis, misi dagang, atau untuk melanjutkan studi di salah satu negara Timur Tengah, dsb.
ü  Orientasi Ideologis dan Ekonomis, yaitu belajar bahasa Arab untuk memahami dan menggunaakan bahasa Arab sebagai media bagi kepentingan orientalisme, kapitalisme, imperialisme, dsb. Orientasi ini, antara lain, terlihat dari dibukanya beberapa lembaga kursus bahasa Arab di negara-negara Barat.
Ada beberapa perkembangan bahasa Arab di tanah air Indonesia, yakni sebagai berikut :
1.      Bahasa Arab sebagai bahasa agama verbal
2.      Bahasa Arab sebagai media memahami agama
3.      Bahasa Arab sebagai media komunikasi
4.      Bentuk Integrasi




2 komentar: